Baca Berita



Sosilisasi KIE Pencegahan, Pengendalian dan Pemberantasan African Swime Fever (ASF) di Kabupaten Bia

Sosilisasi KIE Pencegahan, Pengendalian dan Pemberantasan African Swime Fever (ASF) di Kabupaten Bia



Penulis : (Franky. Ms) | Tanggal Publish : 12 Juni 2024

Sosilisasi KIE Pencegahan, Pengendalian dan Pemberantasan African Swime Fever (ASF) di Kabupaten Biak Numfor.

 

Biak,  Kepala Dinas Pertanian dan Ketahana  Pangan Kabupaten Biak Numfor diwakili oleh Sekretaris Dinas menghadiri dan membuka secara resmi pelaksanaan Sosilisasi KIE Pencegahan, Pengendalian dan Pemberantasan African Swime Fever (ASF) di Kabupaten Biak Numfor yang dilaksanakan di Ruang Pertemuan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Biak Numfor, Rabu (12/03).

Dalam sambutannya yang disampaikan oleh Sekretaris Dinas, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Biak Numfor menyampaikan bahwa dengan adanya wabah penyakit ASF di Provinsi papua sangat berpengaruh pada ekonomi terutama bagi peternak babi di provinsi ini.

“Dengan pelaksanaan kegiatan sosialisasi ini ini, Dinas berharap agar peternak dapat mengikuti dan menyimak dengan baik penjelasan dan pemaparan materi dari narasumber agar dapat menerapkan pada usaha peternakannya” jelasnya.

Penyakit African Swime Fever ini pada awalnya terdeteksi di Kabupaten Mimika Provinsi Papua Tengah di Provinsi Papua, penyakit ASF ini terdeteksi sekitar bulan februari 2024 di Kampung Ayapo Kabupaten Jayapura. Pemerintah Provinsi Papua telah mengambil langkah tegas dengan mengeluarkan Edaran Gubernur untuk melaksanakan Sosialisasi, Desinteksi dan membentuk Unit Reaksi Cepat (URC) untuk menangani hal tersebut.

Untuk mencegah semakin meluasnya penyakit ASF ini, Gubernur Provinsi Papua telah mengeluarkan SK. Gubernur Provinsi Papua Nomor : 118.4/143/Tahun 2024 tentang Penetapan Status Keadaan Darurat Wabah Penyakit ASF di Provinsi Papua.

Drh. Nyoman Polos selaku Penanggung Jawab Penanggulangan AFC di Kabupaten Biak Numfor menyampaikan bahwa kerugian yang diakibatkan penyakit ASF di Kabupaten Jayapura diperkirakan hampir mencapai 1 milyard Rupiah. Selain itu dampak dari adanya wabah ini adalah Panik Penjualan karena para peternak tidak dapat menjual daging babi.

Menurut drh. Nyoman Polos, Salah satu cara untuk mencegah meluasnya wabah ASF ini adalah dengan mencegah masuk keluarnya ternak dan bahan asal hewan babi dari daerah lain terutama daerah yang terindikasi terjadi wabah ASF. “Masyarakat dapat membantu dengan tidak membawa tentengan (oleh-oleh) berupa daging olahan babi dari luar daerah”. ungkapnya

“Harapan saya Tim dari Bidang Peternakan dan Keswan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Biak Numfor yang dibentuk selalu kompak dan responsive terhadap keluhan / laporan dari peternak babi agar pencegahan dan pengendalian ASF di Kabupaten Biak Numfor dapat berjalan dengan baik karena ternak babi ini mempunyai nilai ekonomis yang baik di tanah Papua”. Ungkap drh. Nyoman Polos mengakhiri materi kebijakan pemerintah Provinsi Papua terkait pencegahan dan pengendalian ASF di Provinsi Papua.

Selanjutnya kegiatan sosialisasi diisi dengan pemaparan materi terkait penyakit ASF dari Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan yang disampaikan drh. Bambang Hayanto.

Selaku Kepala Bidang, drh. Bambang Hayanto mengharapkan kerada para peserta sosialisasi untuk tetap menjaga Kabupaten Biak Numfor sebagai Daerah Bebas Penyakit ASF dan merupakan peluang besar untuk mengirimkan daging dan bibit babi keluar daerah yang selama ini provinsi Papua Tengah menjadi pasar utama dari produk daerah Kabupaten Biak Numfor. (eki)